dfaf
Gubuk Curhat. Diberdayakan oleh Blogger.


Kutipan dalam kertas dan pena.....


by: GB_GubukCurhat
Bukan penyair atau pengarang hanya seorang hawa pemimpi yg mempunyai dunia khayal nyata dalam setiap lafaz doa ketika larut menjelma.
Telah lama ku tak bermain dalam kata, dibalik sebuah dunia maya, yg dahulu sering tersinggahi degan semua isi hati.Seiring waktu berjalan, ingin rasa menyingahi dunia itu, hanya saja jari-jari ini masih terasa kaku tuk bernari. Bukan masalah hati tak bernyawa hanya saja sulit menawarkan setiap kata yg terukir.Biarlah seperti ini dulu, menyimpan setiap isi kata utk menjadikannya barisan dalam tiap bait lagu.
Bersembunyi didalam tawa, bukan sembarang menerjemahkan arti ataupun menulis puisi, hanya saja ini lagu, lagu dr setiap baris lirih yg mengartikan tentang rindu.  
Segala sesuatu apabila mencintai emang terasa sempurna 
Dan setelah ini, lalu harus kemana. Tak ada lg tempattt, yg ada hanya bisikan sebuah melodi saja yang datang dan pergi.
Ketika memilih itu adalah jawaban, ketika jawaban itu menganjal hatimu itu hanya jebakan. 
Terkadang kita harus mrelakan sesuatu untuk mempertahan sesuatu.
Sebelum semuanya menjadi yang tak kuinginkan, sebelum semuanya terlampau sulit dan sebelum semuanya menjadi fatal, maka biarkan ku lakukan hal ini. Hidup memang penuh dengan plihan, seperti kehidupan "hidup atau mati, kalah atau menang dan aku memilih pilihan ini.
Apakah anda tahu bagaimana rasanya tidak mempunyai apa-apa?     



Menghirup Oksigen dan Mengeluarkan Karbondioksida


Sedikit bermain dengan musik hati ini bahagia
Sedikit bermain dengan musik jiwa ini tenang
Sedikit bermain dengan musik air mata ini tumpah

Banyak hal yang bisa dilakukan dengan musik
Banyak hal yang juga yang diterjemahkan lewat musik
Seumpaman hidup menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
Seperti itu pula musik..
Yang dapat dimainkan sesuka hati lalu didengarkan dan kemudian dirasakan lalu kemudian diterjemahkan oleh hati

Menulis juga terkadang membutuhkan sebuah musik
Musik menurut terjemahan kata hati yang ketika itu terbaca dan terperangkap dalam sebuah perasaan
Jangan sekedar mendengar melainkan diterjemahkan oleh hati
Dia bisa tertawa ketika kau bermain dengannya
Dia bisa merasakan sesuatu yang terkadang sulit terungkapkan

Mengobati sebuah perasaan juga bisa melalui musik
Tak ada teman ketika malam tiba kau bisa mencari musik
Sedikit membantu untuk membuka bendungan yang selama ini terbendung coba dengan musik
Mainkan, rasakan dan pelajari setiap lirik yang terkandung didalamnya
Dan itulah dia Music my inspiration



Cerita dalam jeritan malam

     Apa kau melihat aku yang  malam ini tidur sendiri disini, tak seperti hari kemarin yang kita lakukan bersama-sama. Sebelum tidur tak jarang kita melakukan aktifitas pertengkaran terlebih dulu. Setiap gerak-gerik yang kita lakukan selalu bersama-sama, bahkan baju kita juga terkadang sama. Hanya sifat kita saja yang tak sama. Kau yang penyabar dan selalu diam apabila aku menyakitimu atau menjahilimu, sedangkan Aku yang selalu sensitif apabila aku tak senang dengan tingkahmu. Dan  beberapa jam setelah itu kita bisa berbaikan kembali. Bahkan kau memelukku, kau juga paling bisa mengambil hatiku dengan segala bujuk rayumu, karena kau sendiri juga tahu kelemahanmu. Yang penakut itu, takut akan gelap dan takut akan api itulah kau. Bahkan disaat kau disuruh menghidupkan obat bakar saja kau selalu menolak, disaat itu pasti kau membutuhkan pertolonganku. Semua yang kau lakukan itu layaknya seperti kau yang dulu kau yang kusebut dan ku panggil seorang "kakak".

    Ku ingin berbicara banyak tentang kita disini, mungkin tak kali ini aku berbicara denganmu melainkan dengan alat yang sudah modern ini, yang dahulu kita tak pernah berfikir untuk bisa melihat apalagi untuk membeli. Yah tapi inilah dia rezeki yang diberikan orang tua kita. Ku ingin bebicara banyak tentang kau dan aku disini untuk sekedar mengobati rasa-rasa rindu ini. Mungkin karena tempat tidur ini terlalu sepi untuk kuteduhi. 


     Kau ingat bangunan yang menjadi tempat persinggahan kita dulu, tempat kita tumbuh, tempat dimana kita melakukan aktitas-aktifitas kita dulu. Kau pasti juga ingat mengenai sebuah tangga yang ada dibelakang bangunan tersebut. Sebuah bangunan yang disebut loteng, yang betanggakan kayu dan papan, kurang lebih memiliki 15 anak tangga dan apabila hujan datang anak-anak tangga itu terlihat licin bahkan terasa kumuh. Tangga itu tidak seperti bangunaan-bangunan yang mereka miliki, sebuah tangga yang semestinya berada didalam sebuah bangunan. Tapi inilah bangunan ini, sebuah bangunan yang penuh dengan sejarah besar bagi kehidupan kita, keluarga kita.  Bangunan itu yang kita sebut sebagai Istana kita. Kau juga ingatkan tangga itu mempunyai arti yang sangat bernilai lebih bagi kita berdua, mungkin saat ini aku berbincang tentang sebuah tangga rasanya agak sedikit konyol dan tak ada sama sekali seni dari kata menariknya. Tapi yaa itulah istana kami dulu. Walau Istana itu sekarang tak seperti dulu, istana itu sudah mengalami perombakkan jaman. Bahkan sekarang kita telah mendapatkan istana baru, jauh dari kata layak. 

      Aku masih ingat, ketika itu sekitar pukul 15.00 WIB, sore itu hujan sangat lebat, angin pun sangat kencang berhembus. Ketika kita berada diatas loteng rumah kita, seperti yang tadi aku katakan loteng itu memiliki sebuah tangga. Saat itu kau dan aku harus bergegas pergi, kau harus  pergi mengaji dan sedangkan aku saat yang bersamaan ingin mengikiuti jejakmu untuk mendaftarkan diri mengikuti kau mengaji. Oh ya umur kita saat itu sekitar kurang lebih 9 atau 10 Tahun. Hujan yang lebat dan angin kecang itu tidak mengurungkan niat kita. Kemudian kita harus bergegas keluar dengan menurunkan setiap anak tangga di luar bangunan itu, ditemani dengan payung loreng yang satu-satuya kita punya, itu pun payung undian berhadiah yang didapatkan Ayah. Kemudian kita pun melangkahkan kedua kaki kita untuk turun kebawah, ketika kita menyusuri bangian ke-3 anak tangga tersebut kita tergelincir. Semua kejadian itu terasa begitu cepat, aku sempat melihatmu meraih tangganku, sedangkan saat itu aku juga tak bisa mengatasi diriku sendiri yang menyusulmu jatuh didasar tangga. Tak beberapa lama kemudian aku tersentak bangun dan sedangkan kau masih terbaring disampingku lemah tak berdaya, mungkin kau terbentur dari sisi-sisi anak tangga itu. Ditemani hujan yang kala itu sangat lebat dan tak ada  saat itu satu orang yang mendengar ketakutanku melihat kau,  melihat kau terdiam kaku, betapa panik dan takutnya aku saat itu. Ku sedikit memukul-mukul pipimu tapi tak juga ada getaran dari tubuhmu.

     Tak beberapa lama kemudian Ayah datang menghampiri kita dengan muka yang panik, lalu ayah menggotongmu kekamar, dengan menaiki anak tangga itu kembali. Sedangkan aku berjalan keatas dengan merintih kesakitan, menahan setiap benturan-benturan dibadanku. Dan kemudian ibu pun menyusul dan mengganti pakaian kita. Betapa aku melihat kecemasan diwajah ibu, melihat kita berdua berbaring dikasur. Tak beberapa lama kemudian kau pun sadar, kemudian kau terbangun dan tersentak, kau menannyakan “kenapa aku dan kok gak jadi pergi mengaji?” Haaa tak taunya kau ini, aku yang dari tadi khawatir melihatmu dan kau hanya tersenyum saat aku menceritakan itu semua. Betapa ingin ku menjambak rambut hitam lebatmu itu, tapi saat itu ada ibu jadi aku enggan memberanikan diri untuk melakukan itu terhadapmu. Saat itu kita memang masih teramat kecil. Tapi sikap  yang kau tunjukkan dulu, kau melihatkan sikap ke kakak-an itu. Kau selalu mengalah dalam segala hal demi aku. Apalagi setiap temanmu  yang  baru ku kenal kemudian kau kenalkan kepadaku karena kau berkata temanmu adalah temanku dan temanku juga temanmu, disitu juga aku memahami arti itu hingga sekarang. Dan sampai sekarang temanmu yang dulu kau kenalkan padaku masih menjadi teman baikku.


     Sungguh saat kejadian itu, aku merasakan ketakutan yang luar biasa terhadapmu, bukan karena kesakitan dari benturan-benturan itu tapi ketakutan aku tak bisa bertengkar lagi bersamamu, ketakutan ku tak bisa bermain lagi denganmu. Kemarin memang aku   sempat  merasakan kehilanganmu dan kali ini aku benar-benar kehilanganmu. Kau menutup matamu ketika petang itu tiba seketika aku pulang sekolah, ku melihatmu terdiam terbujur kaku. Diiringi hujan yang kala itu menghantarkan firasat burukku terhadapmu. Musibah itu sudah terjadi sekitar 8 tahun silam. Sekarang setiap aku tertidur, bahkan terbangun pun tak ada suara pertengkaran kita lagi, tak acara tukar menukar baju lagi, tak ada orang yang menyuruhku itu ini. Tapi itulah kenyataan, tak ada yang bisa ditawar lagi, sekalipun kau sangat menyanginya.

         Sungguh ku ingin memelukmu dan ingin bercerita banyak sebelum aku tertidur lelap. Sekarang aku telah dewasa, banyak hal yang ingin kucurhatkan padamu. Banyak hal yang menjadi beban fikiranku saat ini, terkadang aku merasakan lelah. Karena ku tak sanggup menahan ini sendirian. Hanya sembah dan sujud yang bisa membantu setiap malam-malamku.Tapi itulah kenyataan yang setiap manusia dan aku harus menerima itu. Aku memang harus menerima itu dengan keikhlasan.  Karena ku yakin jauh kau disana, kau  merasakan kebahagian dan ketenangan. Jauh merasakan segala kebahagian yang tak pernah kau dapatkan dari masa kecilmu. Pergilah dengan tenang disana dan tunggu aku suatu saat nanti dengan persinggahan yang baru, istana yang baru tanpa segala pertengkaran-pertengkaran itu lagi.
    
        Kehidupan kita pasti memiliki perjalanan dan pelajaran yang harus kita cerna dan kita pahami. Tinggal bagaimana kita mensyukuri apa yang berada didekat kita sekarang. Dan tetap menerima bahwa kehidupan tak selamanya ada didepan kita, mungkin ketika kau tak mendapatkan kesempatan untuk esok hari mengatakan sesuatu yang ingin kau katakan, maka semua yang datang hanya penyesalan. Sayangi mereka yang sekarang berada disisimu dan jangan biarkan mereka menutup mata tanpa mereka tahu bahwa kau ingin mengatakan sesuatu yang harus mereka dengar dari mulutmu sendiri. AKU SAYANG KAMU :)*
I'm Free from you

Bebaskan aku dari segala angan tentangmu
Aku ingin lepas dari relung lukaku dulu
Sepertinya rasa ini sudah sembuh
Walau masih aku belajar untuk menemukan yang baru dari diriku

Bebaskan aku dari segala frustasi tentangmu
Aku ingin lepas dari kata yang pernah kau singgahi didalam hatiku dulu
Sepertinya semua itu telah berlalu
Walau masih aku berjalan untuk menemukan sesuatu yang lebih baru darimu

Kini aku sekarang tak sama
Bukan aku berperilaku tinggi hati padamu
Karena aku sudah terlalu banyak belajar dari kisah itu
Dari setiap goresan yang kau tanamkan
Dari setiap duri yang kau tusukkan
Dan kemudian kau tinggalkan

Kau biarkan aku berdarah dalam kesepian
Kau biarkan aku mengobati setiap luka yang tertanam
Dan sungguh sulit aku menyembuhkannya

Tapi sekarang tidak
Persisnya tidak sama dengan aku yang dulu
Karena ku tahu kau hanya selalu menganggap dirimu menang tanpa kau tahu kemenenganmu adalah kelemahanmu yang kau pupuk untuk hidupmu kelak

Terima kasih setiap rasa yang kau tanamkan
Setiap goresan yang kau tusukkan
Kini aku telah bebas darimu

Lalu rasa ini untuk siapa?

Aku telah menemukan sesuatu rasa untuk kuucap sehingga dapat dimengerti
Tapi sampai kini yang ingin kuucap sehingga dapat dimengerti pun tak juga tampak disini
Masih jiwa ini masih terasa sepi, bahkan terlalu hampa untuk didengar
Kau lihat saja aktifitas-aktifitas yang selama ini ku lakukan
Hanya menulis-menulis sekian relung yang menghampiriku
Mencari sebuah gambar yang sesuai dengan isi tulisanku
Menghitung waktu-waktu yang telah berlalu bersamaku
Tanpa tahu pasti kapan relung ini akan tersinggahi

Kemana ku harus kemudian melangkahkan kedua tapak-tapak ini?
Ketika ku tak menemukan yang kukuinginkan untuk ku ucap
Ketika ku tak menemukan yang bisa mengerti apa yang ku ucap
Sehingga semua hanya penat yang kudapatkan

Lalu sampai kapankah rasa-rasa ini harus disini
Masih ditempat terindah..
Masih ditempat tertutupi..
Tanpa sesosok pun yang tahu bahwa ini hanya untuk dirimu

Lalu buat apa pula rasa-rasa ini harus ku simpan lebih lama, jika semuanya terasa sama 
Dan tidaklah sama dengan apa yang pernah kufikirkan dulunya
Apakah rasa-rasa itu harus aku redam jauh didasar sana tanpa diberi, apalagi tuk diucap dan sehingga tak ada rasa tuk mengerti aku ini

Jika semua ini masih berada disini, bukankah ini teramat berbahaya untukku
Semakin membunuhku dan semakin mengecohkan segala mimpi-mimpiku

Lalu rasa ini untuk siapa? 
Akankah aku masih seperti ini
Tertunduk layu disini..
Dengan  sesuatu kata yang harus ku dekap tanpa ada yang menghampiri

 
Copyright © Gubuk Curhat. Design By Best Website Design
Buy Traffic and Templates On Sales